Postingan

Kolak Ramadhan

Gambar
Tiba-tiba terlintas peristiwa belasan tahun lalu. Saat merasakan nikmat Ramadhan di tempat tugas. Ramadhan jauh dari keluarga, tak bisa meminta disediakan ini, dan itu. Segelas air putih pun, harus dituang  sendiri ke dalam gelas. Untunglah kami berada di tengah warga yang baik hati. Warga sekitar tempat saya tinggal, perhatian sekali. Setiap sore mereka bergantian membawakan saya menu berbuka. Ada saja rantang yang diantar ke tempat kos. Menu yang paling sering dibawakan untuk saya berbuka adalah kolak, dan aneka gorengan. Kolak sepertinya menu wajib, sudah seperti rukun berbuka. Warga kampung setiap hari menyediakan kolak untuk dinikmati bersama keluarga saat bedug magrib di tabuh. Kolak yang disantap bukan didapat dari membeli, tapi dari membuat sendiri. Di kampung itu bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kolak, mudah didapat. Pisang, ubi, kelapa, kolang-kaling, dan gula aren banyak tersedia. Jikapun harus mendapatkan bahan-bahan itu dengan cara membeli, harganya

Koneksi Antar Materi 3.1

Dilema akan selalu ada dalam perjalanan hidup. Termasuk dalam menjalankan profesi sebagai guru. Sebagai tenaga profesional guru selalu dihadapkan dengan berbagai persoalan. Persoalan itu sarat dengan dilema. Mengambil sebuah keputsan tepat tak mudah. Harus mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Memberikan hukuman kepada murid adalah sebuah contoh keputusan yang sulit. Murid yang melanggar aturan harus di tindak. Tindakan yang diambil haruslah terukur, jangan sampai jadi sebuah kesalahan fatal. Keputusan dalam sebuah dilema harus dilatih untuk dibiasakan. Mengapa itu harus dibiasakan, karena memutuskan masalah harus terus dilakukan selama hayat masih dikandung badan. Kaitan menhukum atau memberi sanksi kepada murid yang melanggar adalah sebuah dilema. Satu sisi kesabaran kita diuji, sisi lain guru harus mendisiplinkan muridnya agar berhasil dalam pembelajaran. Melakukan coaching kepada murid yang melanggar tatatertib adalah bisa jadi pilihan. Coaching bisa merubah keti

Nur Part 2

Pestapun akan digelar. Persiapan sudah di lakukan. Undangan, gedung, catering, hiburan, dan acara adat yang akan ditampilkan, semua sudah fix, tinggal menunggu hari H. Undangan dengan tulisan tinta emas sudah disebar. Informasi yang disampaikan panitia, lebih dari seribu lembar surat undangan sudah sampai kepada para calon tamu yang nanti akan hadir dalam pernikahan Syarif dan Siska Anggraeni. Gedung yang menjadi tempat pernikahan dan resepsi sudah ok. Tapi pengelola masih merapikan beberapa bagian. Pengecatan dinding gedung juga sedang proses pelaksanaan, paling lambat hari ini akan selesai. Warna putih dinding yang kusam, dipoles kembali. Nampak bersih, tak ada noda, bahkan hampir seperti baru. Pelafon gedung dengan noda bekas bocor juga selesai dirapikan. Ada beberapa menu yang akan disajikan dalam pesta resepsi nanti. Masakan ala Makasar akan dihidangkan, disamping menu lain yang biasa ada dalam pesta pernikahan. Keluarga mempelai wanita memiliki darah Makasar, sehingga menu yan

Mobil Bagus dan Rumah

Gambar
Pagi hari di akhir pekan saya selalu berkatifitas di rumah. Membersihkan rumah, mengantar anak atau istri, atau mengerjakan tugas kantor yang belum rampung. Tiga aktifitas itulah yang paling sering dilakukan ketika berada di rumah. Suatu ketika mengantar anak mencari jajanan kesukaannya. Saat libur kadang ada saja yang diminta si kecil. Sepertinya merengek untuk mencari jajanan bukan tujuannya, itu hanya alasan agar ia bisa bersepeda motor dengan saya. Ia nampak menikmati jalan bersama ayah tercintanya. Mengisi kegiatan di akhir pekan bersama keluarga sudah menjadi rutinitas. Membantu apa saja, atau mengantar kèmana saja, pasti di hari itu. Dihari lain tak mungkin, karena harus bertugas. Kegiatan ini adalah hiburan murah yang menyenangkan. Suatu waktu saya diminta istri untuk mengantarnya ke minimarket. Minimarket yang letaknya tak jauh dari rumah. Tujuan kami untuk membeli beberapa kebutuhan harian yang sudah habis. Selain itu, untuk membayar tagihan pesanan online. K

Commuter Line

Gambar
Sore itu bergegas menuju Stasiun Rangkasbitung. Setelah seharian berada di acara Lokakarya 2 CGP  angkatan 6. Saya membonceng sepeda motor teman sesama pesarta yang hendak pulang. Kebetulan jalan menuju rumahnya melewati stasiun. Dari tempat parkir kendaraan roda dua, ia menuju saya yang sedang menunggunya. Saya diminta naik di belakang dan berpegangan erat. Tancap gas, setelah melalui pintu gerbang sekolah tempat kami mengikuti lokakarya. Menyusuri jalan Komdik. Beberapa kelokan dilalui hingga sampai ke jalan utama. Tak lama kamipun masuk jalan raya yang ramai. Lalu-lalang kendaraan menghiasi ramainya jalan ibu kota kabupaten itu. Hanya hitungan menit, kami sampai di depan stasiun. Sampai di setasiun sayapun turun dari sepeda motor itu. Tak langsung pergi meninggalkan teman yang sudah berbaik hati menghantarkan hingga parkir stasiun. Saya mengucapkan terimakasih, dan menyampaikan beberapa kalimat pemantas yang biasa mengiringi ucapan terimakasih. Tak lama, iapun mohon di

Mengelola Rasa

Dalam wawancara di sebuah acara Najwa Shihab melontarkan pertanyaan kepada Anies Baswedan. " Anda menyesal tidak di resufle presiden?" Anis yang cerdas tak terlihat gerogi dengan pertanyaan itu. Pertanyaan yang dilontarkan Najwa Shihab sulit. Banyak orang tak bisa menjawab dengan tepat ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Pertanyaan menjebak yang bisa saja jawabannya akan terdengar tak nyaman pada sebagian orang. Tetapi tidak dengan Anies Baswedan, ia mampu menjawab dengan tepat. Jawabanya terdengar nyaman di hampir semua telinga para pendengarnya. "Menyesal itu soal rasa, rasa bisa dikelola" itu poin jawabanya. Masih ada penjelasan dan argumen lain dari Anies, tetapi itu poinnya. Banyak orang yang gagal karena tak bisa mengolah rasa pada dirinya. Rasa yang dibuat ribet, akan membuat hidup menjadi ribet. Rasa yang dibuat simpel, maka hidup akan terasa simpel. Rasa itu tak hanya menyesal, ada kecewa, benci, cinta, nyaman, gelisah, dan masih banyak lainnya. Se

Hari Guru Nasiomal

Gambar
Baru saja tiba di rumah setelah perjalanan yang melelahkan. Disambut dengan senyum dan salam oleh Biyu, indah sekali. Lelah seketika sirna, senyum langsung dipancarkan. "Kapan kita beli es krim ?" tanya Biyu. Saya tak langsung menjawab. Saya meminta ia mendekat, dan iapun mengampiri. Saya pegang tangannya, dan pertanyaannyapun saya jawab. "Maunya kapan?" Jawab saya " Sekarang kita ke Alfa" bujuknya " jangan sekarang, giman kalau nanti, pas di awal bulan ?" Ia tak menjawab, berlalu untuk melanjutkan main sorenya bersama teman-temannya. Sepertinya ia lebih memilih bermain, dari pada memaksa saya untuk membeli jajanan. Bermain di aspal baru di depan rumah kami, lebih mengasyikan sepertinya. Biyu bersepeda, yang lain bersepatu roda, dan ada yang sekedar berlari kesan kemari menikmati aspal baru itu. Beberapa ibu membawa mangkuk berisi makan sore anaknya. Menyuapi sambil bermain lebih mudah, tak harus menguras tenaga. Saya masuk ke