Kembali Menanyai


Setelah shalat Subuh saya tak kembali berbaring. Karena jika itu dilakukan, bisa jadi siang hari baru terbangun. Mandi, berpakaian, dan kemudian menulis beberapa paragraf hingga jelang bel sekolah berbunyi.


30 menit jelang bel dibunyikan sebagian siswa sudah tiba di sekolah. Saya keluar dari rumah dinas untuk menyapa mereka yang sudah datang. Mereka senang sekali disapa, terlihat dari senyum yang terpancar dari wajah mereka. Saya menanyai kabar mereka, kemudian juga menanyai ibadah puasa yang sedang mereka jalankan.

Seperti biasa, siswa perempuan yang selalu lebih awal datang ke sekolah. Sekitar 10 menit awal kami berbincang dengan mereka. Sendagurau dan candaan juga saya coba lontarkan. Tema candaan sesuai dengan dunia mereka, dunia remaja. Mereka riang merespon candaan yang saya lemparkan kepada mereka.

Saya melihat teras sekolah berdebu. Padahal mereka duduk disana. Saya mengambil sapu, kemudian mulai membersihkan. Sapu yang sedang saya gunakan tiba-tiba direbut oleh Sumi. Sumi memaksa agar saya memberikan sapu itu padanya. Saya memberikannya, ia meneruskan menyapu untuk membersihkan teras itu. Yang saya inginkan memang sepeeti itu. Mereka harus peka terhadap kondisi di sekitarnya.

Sumi terus menyapu, kami meneruskan perbincangan. Saya menanyakan pada mereka tentang Ujian Sekolah yang mereka ikuti hingga hari ini. Mereka menjawab bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Saya coba merubah tema pembicaraan dengan menanyakan sekolah mana yang ingin dimasuki setelah lulus dari SMP ini. Mereka terdiam, hanya saling pandang satu dengan lainnya. Saya menunggu untuk memberikan kesempatan agar mereka bisa menjawab dengan baik.

Alya dan Rika menjawab, keduanya ingin melanjutkan ke SMAN 1 Sobang. Ke empat teman Alya dan Rika tak menjawab. Mereka hanya tersenyum ketika saya kembali menegaskan pertanyaan itu. Saya terdiam, menunggu jawaban mereka.

"Teu nyaho pa" ini jawaban salah satu dari mereka.

Sepertinya ke empat siswa ini tak melanjutkan selolah. Mereka kurang sekali motivasi untuk meneruskan sekolah. Sangat disayangkan sekali, padahal jika ia mau melanjutkan, akan berubah pola pikir dan konsep hidupnya kelak.

Saya banyak bercerita tentang hidup dan masalahnya di depan kelas. Saya ceritakan orang-orang hebat yang bisa berada di puncak karier karena sekolah. Saya juga menjelaskan bahwa derajat akan naik jika seseorang beriman dan berilmu. Menjelaskan itu, agar mereka faham betapa pentingnya menuntut ilmu bagi kehidupa mereka, meski mereka tak melanjutkan selolah. Mereka harus mendapatkan konsep tentang ilmu.

Siswa lain mulai berdatangan, Ujian Sekolah di hari terakhir ini segera berlangsung. Saya menyudahi bincang itu, bergegas menuju ruang guru untuk membunyikan bel tanda masuk ke ruangan ujian. 

Komentar

  1. Wa luar biasa ini pak, pencerahan banget bagi siswa yang bersekolah di daerah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Bertani Dimasa Pandemi