Bisa Tersenyum Lepas



Apakah anda pernah mendaki gunung?. Bagi yang sudah, pasti pernah merasakan indahnya senyum puas ketika berhasil menapakan langkah terakhir diatas puncak. Lelah karena berhari mendaki akan terbayar, jika mampu berdiri tegak di puncak tertinggi.

Mendaki gunung tidak mudah, karena tak hanya mengandalkan kekuatan fisik. Emosional sangat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang menuju puncak gunung.

Hampir semua gunung dengan puncak tertinggi pernah memakan korban. Mulai gunung Ceremai, gunung Gede, Gunung Salak, di Jawa Barat. Gunung Selamet, Gunung Sindoro di Jawa Tengah. Begitu pula Gunung Semeru di Jawa Timur, semua pernah memakan korban. Soe Hok Gie seorang aktifis mahasiswa tahun 60an yang kisahnya pernah difilmkan, juga mejemput ajal di puncak gunung. Ia tewas kala berharap bisa tersenyum lepas di Mahameru, puncaknya para dewa di Gunung Semeru.

Meski banyak gunung telah menelan korban, tak membuat para pendaki sejati mengurungkan niatnya. Ia akan terus menapaki jalan menuju puncak, meski sulit dilalui.

Pengalaman mendaki pernah saya rasakan. Gunung dengan puncak tertinggi ke dua di Jawa Barat. Gunung Gede, gunung yang sangat indah. Seperti gunung-gunung yang lain. Gunung ini juga pernah memakan korban. Mungkin sudah puluhan pendaki meregang nyawa di gunung ini.

Biasanya para pendaki merasa yakin dapat melewati jalur pendakian. Usia muda dengan fisik yang kuat tak akan bermaslah dengan medan.  Tetapi secara psykis diantara mereka banyak yang lemah. Mendaki itu dilakukan oleh tim. Dalam tim butuh kekompakan. Kekompakan itu ada karena tiap individu dapat meredam egonya.


Dalam pendakian sering terjadi perkelahian. Padahal mereka dalam satu rombongan pendakian, teman dalam satu tim. Tetapi ketika ego yang dikedepankan, maka adu jotos bisa pecah. Beda pendapat dalam menentukan kapan saat istirahat, pembagian beban yang tidak proforsional, atau distribusi roko dan makanan kepada individu yang tidak merata, bisa jadi pemicu perkelahian.

Dari beberapa informasi, kegagalan, kecelakaan, atau tersesat dalam mendaki disebabkan kegagalan dalam mengambil keputusan bersama. Tiap individu dalam tim tidak kompak, dan keukueh pada egonya. Sehingga konflik terjadi. Jika sudah seperti itu, tim pecah. Tiap individu mengambil keputsan masing-masing.

Bisa tersenyum lepas itu tak mudah. Harus sabar menghadapi cobaan hidup. Kadang seperti tak sanggup menghadapinya. Padahal hanya butuh kesabaran dan kemauan, jalan itu telah disiapkan oleh Allah kepada hambanya.

Pendaki yang gagal menapaki puncak, karena mereka tak mampu menguasai dirinya.


Komentar

  1. Belum pernah pak kalau gunung betulan

    BalasHapus
  2. Ternyata keberhasilan itu ditentukan oleh berapa mampu kita menguasai dan mengontrol diri..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Kembali Menanyai

Bertani Dimasa Pandemi