Hari Guru Nasiomal



Baru saja tiba di rumah setelah perjalanan yang melelahkan. Disambut dengan senyum dan salam oleh Biyu, indah sekali. Lelah seketika sirna, senyum langsung dipancarkan.

"Kapan kita beli es krim ?" tanya Biyu.

Saya tak langsung menjawab. Saya meminta ia mendekat, dan iapun mengampiri. Saya pegang tangannya, dan pertanyaannyapun saya jawab.

"Maunya kapan?" Jawab saya

" Sekarang kita ke Alfa" bujuknya

" jangan sekarang, giman kalau nanti, pas di awal bulan ?" Ia tak menjawab, berlalu untuk melanjutkan main sorenya bersama teman-temannya.

Sepertinya ia lebih memilih bermain, dari pada memaksa saya untuk membeli jajanan. Bermain di aspal baru di depan rumah kami, lebih mengasyikan sepertinya. Biyu bersepeda, yang lain bersepatu roda, dan ada yang sekedar berlari kesan kemari menikmati aspal baru itu. Beberapa ibu membawa mangkuk berisi makan sore anaknya. Menyuapi sambil bermain lebih mudah, tak harus menguras tenaga.

Saya masuk ke dalam rumah, istri menyambut dengan segelas air putih ditangannya.

Saya duduk di kursi ruang keluarga, istri membukakan sepatu, dan kaus kaki yang saya kenakan. Ia membawa sepatu dan kaus kaki ke belakang, tak lama ia kembali.

Hari ini hari guru, di sekolah Biyu dirayakan dengan meriah. Ada upacara, dan makan bersama. Guru, murid, dan perwakilan wali murid tumpah ruah. Biaya acara dibebankan kepada orang tua siswa.

"Di Cigaclung gimana?"

Saya tak menjawabnya, hanya senyum tipis. Senyum yang mengandung banyak arti.

Hari guru tahun ini sangat meriah. Banyak guru memposting poto bersama buket ditangannya. Buket berisi uang, makanan, dan bunga. Senyum guru nampak sumringah menerimanya.

Meski tampa hadiah di hari guru tahun ini, tak ada rasa kecewa. Tanpa hadiah dari siswa, bisa karena pelayanan yang kami berikan belum optimal. Karena pada dasarnya tidak mendapat hadiah itu bisa jadi adalah akibat.

Pekan lalu saya pulang membawa satu kantung beras, isinya sekitar 4 kg. Beras pemberian warga disana. Pekan sebelumnya saya pulang membawa 2 kilo jengkol. Pekan terakhir bulan lalu saya dihadiahi pisang untuk dibawa pulang. Jika dihitung selama satu tahun, hadiah yang saya terima melebihi apa yang diterima oleh guru yang hari ini menerima hadiah buket. Belum lagi ketika musim durian, atau duku. Saya akan membawa buah-buah itu ke rumah dalam jumlah banyak. Saya juga sering dihadiahi gula aren yang baru dimasak.

Cigaclung, entah sampai kapan terus disana.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Kembali Menanyai

Bertani Dimasa Pandemi