Menunggu Rasa Ngantuk Datang


Selepas solat magrib  berjamaah di musholah, saya kembali ke rumah dinas. Sampai di rumah itu, saya bergegas menuju rak piring. Mengambil piring kaleng warna  silver polos. Setelah mengambil piring, satu sendok nasi saya masukan kedalamnya, satu sendok nasi putih yang hangat. Saya menikmati makan malam dengan menu seadanya.

Malam ini saya sendiri di rumah dinas. Mengusir sepi dengan memutar beberapa channel youtube. Tema politik, dan hukum dipilih untuk ditonton. Kedua tema itu adalah passion saya. Ketertarikan pada tema itu sudah sejak lama. Mungkin sejak saya masih duduk di bangku SMP dulu, atau bisa jadi lancarnya saya membaca saat SD karena berita politik yang ditulis wartawan pada surat kabar yang selalu saya baca. Jadi sudah begitu lama hubungan saya dengan berita politik dan hukum.

Sejak 2009 saya sering diskusi dengan seorang teman yang sama-sama sebagai pengajar. Kami membahas tema politik dalam banyak kesempatan. Membahas itu dimulai setelah selesai mengajar pada siang, hingga sore hari. Kadang tidak tuntas. Jika seperti ini diskusi berlanjut hingga malam datang. Memang kami menginap di sekolah, hingga tak ada masalah dengan waktu.

Yang kami bahas bukan hanya politik dalam negeri saja. Kami banyak membahas politik dunia. Hegomoni Amerika, dan semakin kuatnya pertahanan militer, dan ekonomi Tiongkok, juga sering kami obrolkan. Kekuatan Tiongkok membawa pengaruh kedalam perpolitikan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri negara tirai bambu ini mulai mengganggu negara-negara sekitarnya. Khususnya negara-negara yang menghadap ke Laut Cina Selatan.

Ketertarikan kami kepada urusan politik dan hukum, membuat tontonan yang dipilih adalah acara tv yang banyak menayangkan dan membahas berita tentang itu. Dahulu kami sering sengaja menginap di salah satu rumah warga sekitar sekolah untuk ikut menonton ILC. Senang sekali, meski kami harus tidur larut malam.

Tak hanya menonton, kami ikut membahas tema yang ditayangkan, meski di acara tv itu ada pakar yang sedang membincangkannya. Seru, karena dengan menonton dan membahasnya bersama, kami bisa menambah wawasan.

Sejak 3 tahun ini hampir tak lagi membahas masalah politik dan hukum. Karena sekarang tak ada patner yang suka membicarakan kedua tema tersebut. Teman baik itu telah pergi, karena mendapat tugas di tempat baru. Jarangnya saya mendiskusikan masalah politik dan hukum saat ini, sehingga khawatir kemampuan menganalisa saya terhadap kedua tema itu menjadi tumpul.

Malam ini saya ditemani Ka Marinudin menginap di rumah dinas. Ia baru saja sampai, ia datang sengaja hendak menginap menemani saya. Jelang rasa mengantuk datang, saya manfaatkan untuk bercengkrama. Temanya tentu bukan politik dan hukum. Tapi silsilah para sesepuh di kampung Cigaclung. Mengaitkan hubungan darah diantara mereka, dan mengurai anak, atau cucunya yang masih bersekolah di SMP.

Hampir semua anggota masyarakat di kampung itu ada keterkaitan. Hampir semua dari mereka ada hubungan saudara. Yah, kehidupan di kampung memang kadang sangat unik. Satu kampung masih ada hubungan darah.

Di SMP ada 4 siswa yang masih ada kaitan saudara dekat. Mereka terlahir dari keluarga besar yang sama, mereka ber4 adalah Cucu Ma Ijah. Adalah Rahmadhina, Pipin, Sintia Bella, dan Ivan. Ke 4nya adalah siswa baik, rajin, dan sopan.

Rasa ngantuk mulai menyapa malam ini. Semakin lama semakin berat, seiring dengan waktu yang semakin merangkak malam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Kembali Menanyai

Bertani Dimasa Pandemi