Modul 2.1 Pembelakaran Berdiferensiasi

Dengan pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses dengan baik. Mengapa bisa dengan baik, karena ia pembelajaran ini sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi usaha baru dalam memahamkan peserta didik.

Materi yang diajarkan guru kadang tidak dapat ditangkap dengan baik oleh siswa. Siswa dengan minat yang berbeda tak bisa faham ketika guru menyampaikan materi dengan berceramah. Beberapa siswa mungkin akan mudah memahami materi ketika guru mengemasnya dalam bentuk gambar, dibangding dengan memahami tulian. Atau dengan menonton, dibanding dengan membaca teks. Perbedaan bakat dan kemampuan yang ada pada murid harus bisa membuat guru faham, dan melakukan upaya pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran berdifernsiasi diharapkan mampu menjadi solusi bagi setiap guru dalam meningkatkan pemahaman siswa. 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah bagian dari merdeka belajar. Dikatakan merdeka belajar karena pembelajaran ini sangat berfihak pada murid. Guru harus dapat menyajikan pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa. Keberagaman yang ada dalam diri masing-masing siswa harus coba dieksplorasi agar dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Murid menjadi sukses dan bahagia dengan setinggi-tingginya. 

Menurut Tomlinson (2000) dikatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap individu. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang direncanakan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Ada tiga cara dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Cara tersebut adalah : 

1. Diferensiasi konten adalah metode pembelajaran dengan cara memberikan materi kepada siswa berdasarkan keterampilan, profil belajar, dan pengetahuannya, tetapi tetap sejalan dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hal ini, guru perlu mengatur jenis informasi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Jika fokus pembelajaran terletak pada diferensiasi konten, maka siswa memiliki kebebasan dalam menentukan sumber belajar yang ada di sekitarnya. Adapun contoh diferensiasi konten yakni sebagai berikut: 

a. Menggunakan bahan bacaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. 

b. Menghadirkan bahan ajar berupa video atau film.

c. Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa.

d. Mempresentasikan ide melalui sarana audio visual.

e. Mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang pola berpikir f. Meminta siswa untuk mengambil nilai historis dari film bertema sejarah. Membuat konten youtube yang masih berkaitan dengan materi yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Contoh pembelajaran konten berdasarkan profil belajar siswa adalah guru perlu memahami yang cendrung menggunakan pembelajaran visual, audio, dan audio visual.
2. Diferensiasi Proses. Diferensiasi proses adalah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan pemahama guru terhadap muridnya dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam pembelajaran difersiasi proses harus diketahui kondisi murid, apakah mereka berminat dengan pembelajarn kelompok, atau individu. Selain itu, guru harus dapat menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-muridnya. Menentukan murid yang membutuhkan bantuan, dan menentukan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu. Setelah itu barulah murid-murid dapat belajar secara mandiri. Semua itu harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya: 

a. Kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda. 

b. Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang dipelajari. 

c. Membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka.

d. Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam. 

e. Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. 

f. Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid. 

 3. Diferensiasi Prodak. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 

Ada berbagai cara dalam mendiferensiasi produk, diantaranya dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu sebelum guru memberikan penugasan dalam membuat produk. Penugasan yang dilakukan untuk menghasilkan produk harus membantu murid secara individual atau kelompok, menentukan kembali atau memperluas apa yang mereka pelajari selama periode satu semester atau satu tahun. Produk sangat penting, karena produk adalah barometer keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dan pemahaman di sekolah. Hal ini karena produk mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga merupakan elemen kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid. Dalam diferensiasi produk harus diketahui bahwa dua dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman. Dua hal tersebut dapat memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan pembelajaran dengan diferensiasi produk. Diferensiasi produk itu, diantaranya dapat menentukan; 

1. Kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; 

2. Menentukan jenis konten apa yang harus ada pada produk;

3. Cara mengerjakan dalam menghasilkan sebuah prodak;

4. Sifat dari produk akhir yang diharapkan muncul Walaupun murid memberikan informasi tambahan membantu guru memodifikasi prasyarat produk yang harus dihasilkan. Tujuannya agar sesuai dengan kesiapan, minat dan kebutuhan belajar individu namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Kembali Menanyai

Bertani Dimasa Pandemi