Mobil Bagus dan Rumah


Pagi hari di akhir pekan saya selalu berkatifitas di rumah. Membersihkan rumah, mengantar anak atau istri, atau mengerjakan tugas kantor yang belum rampung. Tiga aktifitas itulah yang paling sering dilakukan ketika berada di rumah.

Suatu ketika mengantar anak mencari jajanan kesukaannya. Saat libur kadang ada saja yang diminta si kecil. Sepertinya merengek untuk mencari jajanan bukan tujuannya, itu hanya alasan agar ia bisa bersepeda motor dengan saya. Ia nampak menikmati jalan bersama ayah tercintanya.

Mengisi kegiatan di akhir pekan bersama keluarga sudah menjadi rutinitas. Membantu apa saja, atau mengantar kèmana saja, pasti di hari itu. Dihari lain tak mungkin, karena harus bertugas. Kegiatan ini adalah hiburan murah yang menyenangkan.

Suatu waktu saya diminta istri untuk mengantarnya ke minimarket. Minimarket yang letaknya tak jauh dari rumah. Tujuan kami untuk membeli beberapa kebutuhan harian yang sudah habis. Selain itu, untuk membayar tagihan pesanan online. Kami berboncengan menuju minimarket. Sampai di sana, sepeda motor saya parkir di samping sebuah city car yang sudah lebih dulu ada di depan minimarket itu.

Saya ikut masuk ke dalam minimarket. Cuaca terik di luar, membuat saya ingin merasakan sejuknya udara di dalam toko. Bersama istri saya ikut berkeliling. Berjalan dengan keranjang warna kuning di tangan. Memasukan satu persatu barang sesuai catatan yang dibawa dari rumah. Sesekali menanyakan letak barang yang kami cari kepada pramuniaga toko. Kami diminta membuntuti sang pelayan toko cantik itu. Dengan ramah kami ditunjukan di mana letak barang yang kami cari berada. Ia menunjuk barang itu dengan ibu jarinya. Sopan sekali petugas toko itu. Management meminta agar tiap petugas melayani pelanggan tokonya dengan baik. Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan adalah strategi jitu dalam membangun dan merawat bisnis.

Disela mencari barang keperluan, saya melihat seorang permpuan muda yang cantik. Nampak usianya belum 30 tahun. Bayi sekitar satu tahun digendongnya. Ia sedang mencari sesuatu yang tersusun rapi di rak kelengkapan bayi.

Sepertinya wajah itu tak asing. Penasaran rasanya, sayapun memutuskan untuk mendekat, memastikan mengenalnya atau tidak. Setelah jarak antara saya dan perempuan itu lebih dekat, barulah ingat. Ya, itu adalah Lia. Murid SMK tempat dahulu saya mengajar.

Nampaknya ia tau, jika dirinya sedang diperhatikan. Ia menoleh saat saya mendekat kearahnya. Lia langsung menegur, ia masih ingat dengan saya guru di SMK nya dulu.

Kami berbincang, masing-masing menanyakan kabar. Ia menceritakan singkat tentang keluarga kecilnya. Tak lupa ia menyebutkan alamat komplek tempat ia dan keluarga kecilnya tinggal. Begitupun saya. Tak lupa mengabarinya bahwa saya sudah tak lagi mengajar di SMK tempat dirinya pernah menimba ilmu. Saya juga menyampaikan padanya bahwa saya sekarang mengajar di kampung Cigaclung. Kampung terpencil di pedalaman Banten.

Kedatangannya ke minimarket bersama sang suami, ia sempat mengenalkannya kepada saya. Lia dan suami masing-masing menggendong 1 bayi, rupanya ia memiliki bayi kembar. Ia memiliki satu putri dan dua putra dari dua kali melahirkan. Diperjumpaan itu ia menyampaikan bahwa ibu tercintanya sudah meninggal dunia dua tahun lalu. Meski kabar itu terlambat sampai, saya tetap mengucapkan belasungkawa.

Lia mohon diri, kemudian ia dan suami menuju kasir. Saya meneruskan menemani istri yang masih mencari beberapa item barang yang harus dibawa ke rumah. Tak lama sayapun menuju kasir untuk menjumlah dan membayar barang blanjaan itu.

Ketika duduk di bangku SMK Lia anak yang baik dan pintar. Lia juga anak yang cantik, kulitnya putih, dengan postur tinggi lebih dari teman perempuan di kelasnya. Hidung bangir, dengan tahi lalat di pipinya. Dari wajah cantiknya, banyak teman di sekolah yang suka padanya.

Prinsipnya tak mau pacaran, ia hanya fokus belajar. Ia ingin membuat ibunya bahagia. Ia ingin membuat ibunya bangga. Ia ingin membelikan ibu kalung emas dari hasil keringatnya. Ia ingin mengganti kalung ibu yang dijual untuk biaya dirinya ketika masuk SMK.

Ia sudah yatim saat masuk SMK. Ayahnya meninggal saat ia duduk di bangku kelas 2 SMP. Saya mengenal ibunya karena sering datang ke sekolah jelang ujian akhir semester. Ia sering menunggak SPP dan meminta keringanan. Saya selalu diminta ibunya untuk dihubungkan dengan panitia agar mendapatkan kartu peserta ujian.

Sesekali saya memberinya uang sekedar untuk Lia jajan di sekolah. Meski tak besar tapi ia sangat senang menerimanya. Raut wajah senang ditunjukan saat ia menerima beberapa lembar uang seribuan dari saya.

Lia keluar minimarket saat saya mulai berdiri di depan kasir toko. Dari dalam toko saya melihat ia masuk kedalam city car putih yang terparkir di depan toko. Mobilnya persis terparkir di samping supra x yang saya kendarai. Senang sekali melihatnya, Lia nampak bahagia bersama keluarga kecilnya.

Perjuangan ibu membiayai Lia sekolah membuahkan hasil. Keberhasilan ibunya merawat dan mendidik Lia, hingga ia dipilih lelaki mapan yang hari menjadi pendamping hidupnya. Mobil bagus, dan rumah di komplek menengah yang dimiliki, sudah cukup menggambarkan keberhasilan hidup yang ia jalani.

Komentar

  1. Rasanya ikut bahagia bila anak murid suks3s hidupnya ya, apalg bila latarbelakang murid kita itu memprihatinkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebanggaan tersendiri bagi guru yang anak didiknya berhasil

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolak Ramadhan

Kembali Menanyai

Bertani Dimasa Pandemi